Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Hoaks Video Presiden Jokowi Berbahasa Mandarin, Kecerdasan Buatan Semakin Meresahkan!

Jakarta - Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, khususnya di zaman modern saat ini. Teknologi canggih telah mengubah cara manusia bekerja, berkomunikasi, dan bahkan menjalani kehidupan sehari-hari. Di balik segala kemudahan dan manfaatnya, tentu terdapat potensi bahaya yang perlu diketahui dan diwaspadai.

Berkaitan dengan potensi bahaya AI, baru-baru ini beredar di media massa terkait video Presiden Jokowi yang sedang berpidato menggunakan Bahasa Mandarin. Tentunya menjelang pemilu 2024, hal ini khawatir dimanfaatkan oleh kelompok kepentingan yang hendak meruntuhkan pemerintahan, karena dikaitkan dengan kerja samanya bersama Tiongkok.

Hal ini didukung oleh pernyataan salah seorang pengamat sekaligus Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing yang mengonfirmasi bahwa video tersebut adalah hasil manipulasi kecerdasan buatan atau AI.

“Video yang menarasikan bahwa Presiden Joko Widodo berpidato menggunakan bahasa mandarin jelas hoaks untuk menggiring opini negatif bahwa Presiden Joko Widodo membawa kepentingan China ke Indonesia,” ujar Emrus.

Emrus juga mengatakan bahwa video tersebut sangat palsu karena diambil dari video asli Jokowi saat Gala Dinner USINDO, US Chamber, dan USABC di Amerika Serikat pada tahun 2015 yang berpidato dengan menggunakan Bahasa Inggris.  “Apabila dibandingkan antara satu video Presiden Jokowi asli berbahasa Inggris, dan satu lagi video berbahasa Mandarin secara lisan tanpa tulisan jelas terlihat bohongngnya. Padahal seharusnya video apa yang diterjemahkan oleh sumber, harus disampaikan dengan bahasa yang asli yaitu bahasa Inggris. Jika pun terjemahan, maka dalam bentuk teks," terang Emrus.

Dalam video tersebut, Jokowi terlihat sangat fasih menggunakan Bahasa Mandarin, dengan menunjukkan kemampuan linguistik yang belum pernah diperlihatkan sebelumnya. Padahal sejatinya, Jokowi memiliki aksen jawa yang menjadi ciri khasnya. Hal ini rawan disalah tafsirkan oleh masyarakat.

“Video Presiden Jokowi berpidato bahasa Mandarin tersebut juga menimbulkan multi tafsir yang rawan menarasikan seolah Presiden Jokowi bagian dari kekuatan kepentingan ekonomi yang ada di China,” imbuhnya.

Disamping itu Emrus menegaskan agar Kementrian Kominfo harus segera melakukan take down terhadap video palsu tersebut beserta dengan akun-akun yang menyebarkannya. Adapun kepada masyarakat dan khususnya generasi muda agar bisa memberdakan serta memverifikasi sumber yang tersedia sebelum menyebarluaskan informasi yang didapatkan.                                                       

Kecanggihan teknologi didukung dengan pemanfaatan kecerdasan buatan semakin membahayakan. Utamanya bagi masyarakat yang masih belum memahami penggunaan teknologi saat ini. Terlebih lagi ditahun politik, hoaks dan fake news terus bermunculan. Adapun lebih lanjut Emrus mengingatkan kepada masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan peredaran konten hoaks yang dinilai cukup masif belakangan ini, terutama mendekati momentum Pemilu 2024.

“Masyarakat harus sangat awas serta meningkatkan pemahaman cek dan ricek terhadap informasi yang tidak jelas asal usulnya karena sangat membahayakan stabilitas nasional” tegasnya.


**